Langsung ke konten utama

Memahami kata atau istilah Agama

Apa Itu Agama

Agama menurut Sigmund Freud itu kira-kira begini;
"awalnya ada anak lelaki yang telah dewasa dan berhasrat seksual terhadap ibunya sendiri, karena terhalang ayahnya anak lelaki itu pun nekad membunuh ayahnya hingga bisa leluasa mengawini ibunya. Tapi setelahnya si anak menyesal sejadi-jadinya sampai akhirnya ia anggap perbuatannya adalah suatu kesalahan, untuk mencegahnya terulangnya kembali kesalahan tersebut, maka muncullah aturan yang melarang perbuatan tersebut dan diterapkan pada generasi berikutnya. Aturan ini dalam perkembangannya mengalami pen'sakral'an oleh generasi berikutnya hingga akhirnya memunculkan apa yang disebut dengan Agama."


Itu tadi kira-kira analisa yang berasal dari bapak psikologi terkenal Sigmund Freud, yang menurut kisahnya sendiri memiliki masalah kepribadian yang cukup rumit (juga sempat "merumitkan diri" agar dapat mengamati kejiwaan para pecandu).

Kerumitan hidup yang dialami Freud tentu memberikan pengalaman tersendiri dalam memahami suatu kehidupan walau itu semua murni bersumber dari akal semata.

Istilah Agama Dan Religion

Agama
Berasal dari bahasa Sansekerta, yang terdiri dari dua kata yaitu A dan GAMA. Huruf A berarti Tidak sedang kata Gama berarti Kacau, jadi Agama berarti Tidak Kacau.

Karena memiliki arti Tidak Kacau, agama menjadi metode dalam menjalani kehidupan agar segala sesuatunya tidak alami kekacauan. Tambahan informasi bahasa Sansekerta sendiri berasal dari peradaban Indo Arya atau Indo Eropa (Masa Pra Hindu).

Religion atau Religi
Seperti halnya agama kata RELIGION sendiri juga terdiri dari dua kata yaitu Re dan Ligare. Re berarti Lagi (kembali) sedang Ligare berarti Buta atau Hubung, jadi Religion/Religi berarti Terbutakan Kembali atau Terhubung Kembali (berasal dari bahasa Latin atau peradaban Yunani). 

Dengan dua pengertian tadi maka Religion/Religi tentu memiliki makna yang berbeda sebagai berikut:

  • "Terbutakan Kembali" artinya pemahaman kehidupan yang menjadikan penganutnya terbutakan kembali terhadap kenyataan yang ada di dunia ini.
  • "Terhubung Kembali" artinya pemahaman kehidupan yang menjadikan penganutnya terhubung kembali kepada Sang Maha Pencipta.

Untuk istilah Terbutakan Kembali tentu arah bukan negatif, karena maksudnya adalah apa saja yang ada di dunia ini yang terlihat sebagai fakta-fakta, sebenarnya hanyalah ilusi yang menyesatkan.
Agar selamat dari penyesatan tersebut, dilakukanlah usaha membutakan diri .


Lalu mana yang benar yang tepat, Terbutakan atau Terhubung.??

Menurut saya bukan masalah mana yang benar atau mana yang salah, karena keduanya juga cuma pemahaman manusia saja, kemudian kita pakai istilah Agama ataupun Religion/Religi, juga untuk kemudahan berkomunikasi. Berhubung dua istilah tadi sudah akrab dalam keseharian kita.

Pemahaman Pada Kehidupan
Karena semuanya adalah pemahaman, tentu murni bersumber dari akal manusia saja, hingga memunculkan berbagai pemahaman yang diperoleh dari pengalaman dan juga pengamatan (seperti halnya Freud saat memahami agama) contohnya:


  • Animisme = pemahaman yang menciptakan keyakinan bahwa roh manusia yang telah meninggal akan dijadikan sesembahan utamanya jika dulunya manusia itu adalah orang yang baik.
  • Dinamisme = pemahaman yang menciptakan keyakinan bahwa benda-benda itu memiliki kekuatan yang berguna dan atau juga menghancurkan bagi kehidupan manusia hingga menjadikannya sebagai sesembahan agar bisa mencegah kekuatan penghancurnya keluar.
  • Panteisme = pemahaman yang menciptakan keyakinan bahwa alam semesta ini lah yang menjadikan keberadaan mahluk-mahluk bernyawa utamanya manusia hingga dijadikan juga sebagai sesembahan.
  • Atheisme = pemahaman yang menciptakan keyakinan bahwa semua yang ada itu muncul dengan sendirinya tanpa adanya penciptaan hingga meniadakan sesembahan.
  • Polytheisme = pemahaman yang menciptakan keyakinan bahwa alam semesta itu diciptakan dan diatur berdasarkan fungsinya hingga setiap fungsi ditangani salah satu sesembahan, karena fungsinya beragam maka sesembahannya pun beragam.
  • Monotheisme = pemahaman yang menciptakan keyakinan bahwa alam semesta ini diciptakan dan diatur oleh satu kekuatan yang menjadi sesembahan akan tetapi tak mengetahui siapa yang memiliki kemampuan tersebut.

Jadi semua itu akibat memahami sesuatu hanya bermodal akal manusia, di mana akal manusia sendiri terbangun dari sumber data yang terbatas pada pengamatan dan pengalaman hidupnya saja.


Nabi dan Kitab Suci

Dengan segala keterbatasan yang dimiliki manusia, tentunya Sang Maha Pencipta (Allah SWT) tidak membiarkan manusia terus-menerus dalam kesalahan pemahaman, hingga Allah SWT pun memberikan petunjuk dan panduan dalam memahami serta menjalani hidup ini.

Dan ini dibuktikan dengan penurunan Utusan Allah atau Rasul (Nabi) yang juga berwujud manusia untuk menyampaikan ajaran berupa petunjuk dan panduan pada manusia agar manusia bisa memahami semua ajaran diberikan dari Allah SWT.

Ajaran yang berisi petunjuk dan panduan hidup dari Allah SWT itu lah yang dikenal dengan KITAB SUCI, di mana di dalamanya juga berisikan tentang kabar keselamatan untuk kehidupan berikutnya.


Penyelewengan Terhadap Kitab Suci

Setelah Rasul dan atau Nabi tersebut sampaikan semua yang harus disampaikan pada manusia akhirnya sepeninggal Rasul (Nabi) Allah tersebut, tinggallah sebuah Kitab Suci.

Kitab Suci inilah yang akan menjadi satu-satunya aturan dan hukum yang menjaga umat manusia dari segala bentuk kesesatan yang ada, tentu jika manusia tadi tetap berpegangan pada Kitab Suci.

Namun dalam perkembangan zaman, ada saja godaan (dari setan) yang tak terelakkan, karena bagaimanapun juga manusia adalah mahluk yang memiliki nafsu, di mana nafsu ini sangat rentan terhadap godaan.

Hingga untuk terpenuhi nafsu, manusia pun mulai melepas pegangannya secara bertahap atau langsung terhadap Kitab Suci, dan akhirnya kembalilah manusia pada fase pemahaman berdasar akal, hingga memunculkan lagi isme-isme seperti yang dibahas di awal sebelumnya.

Jadi memang, semacam siklus keyakinan akibat kesalahan manusia sendiri yang tergoda untuk melampiaskan nafsunya. Setelahnya, timbullah kerusakan di mana-mana, baik perseorangan maupun kelompok, termasuk juga lingkungan sekitarnya.

Kemudian Allah SWT pun kembali lagi menurunkan Rasul dan atau Nabi-Nya untuk kembalikan manusia dari kesesatan menuju ke jalan yang lurus.


Penutup Siklus Keyakinan

Tentunya periode seperti di atas tidak akan terus berulang, karena pada akhirnya Allah SWT menetapkan untuk menghentikan siklus tadi dikarenakan Allah SWT akan mengakhiri kehidupan di dunia termasuk dunia itu sendiri dan menggantinya dengan alam pengganti dunia yang disebut dengan AKHIRAT.

Karena dunia sendiri adalah fana (tidak kekal), dunia hanyalah sarana pengujian bagi mahluk ciptaan Allah SWT yang dalam hal ini adalah manusia yang akan dipertanggungjawabkan di akhirat.

Dan akhirat sendiri juga seperti dunia, tapi memiliki ketetapan yang berbeda, salah satunya adalah dalam hal waktu, jika di dunia hanya sementara, sedang di akhirat adalah... selamanya.

Maka dari itu sebagai manusia sudah selayaknya untuk tidak berpikir bahwa dunia sebagai tujuan akhir dalam kehidupannya, karena dengan berakhirnya dunia maka tidak ada alasan yang tepat untuk dijadikan sebagi tujuan akhir.



Wallahu'alam bisshoab

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Doa Nabi Adam ketika Diturunkan ke Dunia

Imam Al Ghazali Dalam kitabnya Ihya' Ulumuddin, Imam Ghazali menerangkan: Dari Jabir bin Abdullah, bahwasanya ketika Nabi Adam as. Diturunkan ke bumi, beliau berdoa: "Wahai Tuhanku, kau jadikan aku dan Iblis menjadi saling bermusuhan, oleh karena itu, jika Engkau tidak menolongku, pasti aku tidak sanggup menghadapinya." "Apabila engkau melahirkan anak, maka diwakilkan malaikat kepadanya," kata Allah dalam firmanNya. "Wahai Tuhan, tambahkanlah kepadaku!" "Aku balas satu kejahatan dengan satu dosa, dan Aku balas saatu kebaikan dengan sepuluh kali lipat (sebanyak yang kau kehendaki)," kata Allah. "Wahai Tuhan, tambahkanlah padaku!" "Pintu taubat itu terbuka selama nyawa masih dikandung badan." Tiba-tiba Iblispun berdoa kepada Tuhan: "Wahai Tuhanku, hambaMu Adam itu yang Kau muliakan melebihi dari diriku. Maka dari itu jika Engkau tidak menolongku, pasti aku tidak sanggup menghadapinya," ujar Iblis mengeluh. "Ji

Ternyata Ini Sebabnya King Kong Digunakan Untuk Nama Kera atau Monyet Raksasa ?

Mengapa King Kong digunakan untuk nama Kera atau Monyet Raksasa? Mengapa tidak digunakan nama Giant Monkey, Great Ape, King Monkey, Giant Ape, atau yang lainnya ? Menurut ahli bahasa, kata King Kong berasal dari bahasa Inggris dan bahasa Latin, yang artinya Raja Monyet. King artinya Raja (bahasa Inggris) dan Kong artinya Monyet (bahasa Latin). Berikut adalah kata-kata yang terkait dengan Kong : 1. Kong Kali Kong: Artinya banyak Monyet Bayangin, Monyet dikalikan dengan Monyet ! 2. Kong Res (Kongres): Artinya Monyet Ngumpul Res singkatan dari Residu, sisa yang terkumpul. 3. Kong Kow : Artinya, Monyet Gaul Kow dari bahasa Mandarin non-formal yang artinya main, bergaul atau ngerumpi. 4. Ngong Kong : Artinya Monyet Jongkok Ngong artinya duduk atau Jongkok dalam bahasa Sanskerta. 5. Kong Guan : Artinya Biskuit Monyet Atau Biskuit kesukaan Monyet ! 6. Kong Lomerat : Artinya Kumpulan besar Monyet Glomerat artinya menggelinding menjadi bola yang besar. 7. Kong Si (Kongsi)