Langsung ke konten utama

SOSOK: Umar bin Abdul Aziz

Umar bin Abdul Aziz


Umar bin Abdul-Aziz (bahasa Arab: عمر بن عبد العزيز, bergelar Umar II, lahir pada tahun 63 H / 682 – Februari 720; umur 37–38 tahun) adalah khalifah Bani Umayyah yang berkuasa dari tahun 717 (umur 34–35 tahun) sampai 720 (selama 2–3 tahun). Tidak seperti khalifah Bani Umayyah sebelumnya, dia bukan adalah keturunan dari khalifah sebelumnya, tetapi ditunjuk langsung, dimana dia adalah sepupu dari khalifah sebelumnya, Sulaiman.


BIOGRAFI

Keluarga

Ayahnya adalah Abdul-Aziz bin Marwan, gubernur Mesir dan adinda dari Khalifah Abdul-Malik. Ibunya adalah Ummu Asim binti Asim. Umar adalah cicit dari Khulafaur Rasyidin kedua Umar bin Khattab, dimana umat Muslim menghormatinya sebagai salah seorang Sahabat Nabi yang sangat dekat.

Silsilah

Umar dilahirkan sekitar tahun 682. Beberapa tradisi mencetuskan dia dilahirkan di Madinah, sedangkan lainnya mengklaim dia lahir di Mesir. Umar dibesarkan di Madinah, di bawah bimbingan Ibnu Umar, salah seorang periwayat hadis terbanyak.

Kisah Umar bin Khattab berkaitan dengan kelahiran Umar II

Menurut tradisi Muslim Sunni, silsilah keturunan Umar dengan Umar bin Khattab terkait dengan sebuah peristiwa terkenal yang terjadi pada masa kekuasaan Umar bin Khattab.

"Khalifah Umar sangat terkenal dengan perkaranya beronda pada malam hari di sekitar kawasan kekuasaannya. Pada suatu malam dia mendengar diskusi seorang anak perempuan dan ibunya, seorang penjual susu yang miskin.

Kata ibu “Wahai anakku, segeralah kita tambah air dalam susu ini agar terlihat banyak sebelum terbit matahari”

Anaknya menjawab “Kita tidak boleh berbuat seperti itu ibu, Amirul Mukminin melarang kita berbuat begini”

Si ibu sedang mendesak “Tidak mengapa, Amirul Mukminin tidak akan kenal”.

Balas si anak “Jika Amirul Mukminin tidak kenal, tapi Tuhan Amirul Mukminin kenal”.

Umar yang mendengar langsung menangis. Betapa mulianya hati anak gadis itu.

Ketika pulang ke rumah, Umar bin Khattab menyuruh anak lelakinya, Asim menikahi gadis itu.

Kata Umar, "Semoga lahir dari keturunan gadis ini bakal pemimpin Islam yang hebat kelak yang akan memimpin orang-orang Arab dan Ajam”.

Asim yang taat tanpa banyak tanya segera menikahi gadis miskin tersebut. Pernikahan ini melahirkan anak perempuan bernama Laila yang semakin dikenal dengan sebutan Ummu Asim. Ketika dewasa Ummu Asim menikah dengan Abdul-Aziz bin Marwan yang melahirkan Umar bin Abdul-Aziz.


KEHIDUPAN AWAL

682 – 715

Umar dibesarkan di Madinah, di bawah bimbingan Ibnu Umar, salah seorang periwayat hadis terbanyak. Dia tinggal di sana sampai kematiannya ayahnya, dimana dia dipanggil ke Damaskus oleh Abdul-Malik dan menikah dengan anak perempuannya Fatimah. Ayah mertuanya kemudian meninggal dan dia ditinggikan pada tahun 706 sebagai gubernur Madinah oleh khalifah Al-Walid I.

715 – 715: Era Al-Walid I

Tidak seperti sebagaian penguasa pada masa itu, Umar membentuk sebuah dewan yang bersama-sama dengannya menjalankan pemerintahan provinsi. Masa di Madinah itu menjadi masa yang jauh berlainan dengan pemerintahan sebelumnya, dimana keluhan-keluhan resmi ke Damaskus menjadi kurang dan mampu diselesaikan di Madinah, sebagai tambahan, banyak orang yang berimigrasi ke Madinah dari Iraq, mencari perlindungan dari gubernur mereka yang kejam, Al-Hajjaj bin Yusuf. Hal tersebut mengakibatkan kemarahan Al-Hajjaj, dan dia menekan al-Walid I untuk memberhentikan Umar. Al-Walid I tunduk kepada tekanan Al-Hajjaj dan memberhentikan Umar dari posisinya. Tetapi sejak itu, Umar sudah memiliki reputasi yang tinggi di Kekhalifahan Islam pada masa itu.

Pada era Al-Walid I ini juga tercatat tentang keputusan khalifah yang kontroversial untuk memperluas area di sekitar masjid Nabawi sehingga rumah Rasulullah ikut direnovasi. Umar membacakan keputusan ini di depan penduduk Madinah termasuk ulama mereka, Said Al Musayyib sehingga banyak dari mereka yang mencucurkan air mata. Bercakap Said Al Musayyib: "Sungguh saya rindu agar rumah Rasulullah tetap dibiarkan seperti apa keadaan sehingga generasi Islam yang akan datang mampu mengetahui bagaimana sesungguhnya tata perkara hidup dia yang sederhana"[1]

715 – 717: Era Sulaiman

Umar tetap tinggal di Madinah selama masa sisa pemerintahan Al-Walid I dan dilanjutkan oleh saudara Al-Walid, Sulaiman. Sulaiman, yang juga adalah sepupu Umar selalu mengagumi Umar, dan menolak untuk menunjuk saudara kandung dan anaknya sendiri pada masa pemilihan khalifah dan menunjuk Umar.

Kedekatan Umar dengan Sulaiman

Sulaiman bin Abdul-Malik adalah sepupu langsung dengan Umar. Mereka berdua sangat erat dan selalu bersama. Pada masa pemerintahan Sulaiman bin Abdul-Malik, alam dinaungi pemerintahan Islam. Kekuasaan Bani Umayyah sangat kukuh dan stabil.

Suatu hari, Sulaiman mengajak Umar ke markas pasukan Bani Umayyah.

Sulaiman meminta keterangan kepada Umar "Apakah yang kau lihat wahai Umar bin Abdul-Aziz?" dengan niat agar mampu membakar semangat Umar ketika melihat kekuatan pasukan yang telah dilatih.

Namun jawab Umar, "Saya sedang lihat dunia itu saling makan satu dengan lainnya, dan engkau adalah orang yang sangat bertanggung jawab dan akan ditanyakan oleh Allah tentangnya".

Khalifah Sulaiman bercakap lagi "Engkau tidak kagumkah dengan kehebatan pemerintahan kita ini?"

Balas Umar lagi, "Bahkan yang sangat hebat dan mengagumkan adalah orang yang mengenali Allah kemudian mendurhakai-Nya, mengenali setan lalu mengikutinya, mengenali dunia akhirnya condong kepada dunia".

Jika Khalifah Sulaiman adalah pemimpin biasa, sudah barang tentu akan marah dengan kata-kata Umar bin Abdul-Aziz, namun dia menerima dengan hati terbuka bahkan kagum dengan kata-kata itu.


MENJADI KHALIFAH

Umar menjadi khalifah menggantikan Sulaiman yang wafat pada tahun 716. Dia di bai'at sebagai khalifah pada hari Jumat setelah salat Jumat. Hari itu juga setelah ashar, rakyat mampu langsung merasakan perubahan kebijakan khalifah baru ini. Khalifah Umar, sedang satu nasab dengan Khalifah kedua, Umar bin Khattab dari garis ibu.

Tahun pemerintahannya sukses memulihkan kondisi negaranya dan mengkondisikan negaranya seperti masa 4 khalifah pertama (Khulafaur Rasyidin) memerintah. Kebijakannya dan kesederhanaan hidupnya pun tak kalah dengan 4 khalifah pertama itu. Gajinya selama menjadi khalifah hanya 2 dirham perhari[2] atau 60 dirham perbulan. Karena itu banyak mahir sejarah menjuluki dia dengan Khulafaur Rasyidin ke-5. Khalifah Umar ini hanya memerintah selama tiga tahun kurang sedikit. Menurut riwayat, dia meninggal karena dibunuh (diracun) oleh pembantunya.

Sebelum Menjabat

Menjelang wafatnya Sulaiman, penasihat kerajaan bernama Raja’ bin Haiwah menasihati dia, "Wahai Amirul Mukminin, selang perkara yang mengakibatkan engkau diamankan di dalam kubur dan menerima syafaat dari Allah di alam baka kelak adalah apabila engkau tinggalkan untuk orang Islam khalifah yang tidak memihak, maka siapakah pilihanmu?". Jawab Khalifah Sulaiman, "Saya melihat Umar Ibn Abdul Aziz".

Surat wasiat diarahkan agar ditulis nama Umar bin Abdul-Aziz sebagai penerus kekhalifahan, tetapi dirahasiakan dari kalangan menteri dan keluarga. Sebelum wafatnya Sulaiman, dia memerintahkan agar para menteri dan para gubernur berbai’at dengan nama calon khalifah yang tercantum dalam surat wasiat tersebut.

Naiknya Umar sebagai Amirul Mukminin

Seluruh umat Islam bersama-sama menjadi satu kumpulan di dalam masjid dalam kondisi bimbang, siapa khalifah mereka yang baru. Raja’ Ibn Haiwah mengumumkan, "Bangunlah wahai Umar bin Abdul-Aziz, sesungguhnya nama engkaulah yang tertulis dalam surat ini".

Umar bin Abdul-Aziz bangun seraya bercakap, "Wahai manusia, sesungguhnya posisi ini diberikan kepadaku tanpa bermusyawarah dahulu denganku dan tanpa pernah saya menginginkannya, sesungguhnya saya mencabut bai’at yang hadir dileher kamu dan pilihlah siapa yang kalian kehendaki".

Umat tetap menghendaki Umar sebagai khalifah dan Umar menerima dengan hati yang berat, hati yang takut kepada Allah dan tangisan. Segala keistimewaan sebagai khalifah tidak diterima dan Umar pulang ke rumah.

Ketika pulang ke rumah, Umar berfikir tentang tugas baru untuk memerintah seluruh kawasan Islam yang luas dalam kelelahan setelah mengurus jenazah Khalifah Sulaiman bin Abdul-Malik. Dia berniat untuk tidur.

Pada masa itulah anaknya yang berusia 15 tahun, Abdul-Malik masuk melihat ayahnya dan berkata, "Apakah yang sedang engkau lakukan wahai Amirul Mukminin?".

Umar menjawab, "Wahai anakku, ayahmu letih mengurusi jenazah bapak saudaramu dan ayahmu tidak pernah merasakan keletihan seperti ini".

"Berlaku apa engkau akan buat wahai ayah?", Tanya anaknya.

Umar membalas, "Ayah akan tidur sebentar sampai masuk waktu zuhur, lalu ayah akan keluar untuk salat bersama rakyat".

Berkata anaknya apabila mengetahui ayahnya Amirul Mukminin yang baru “Ayah, siapa pula yang menjamin ayah akan hidup hingga waktu zuhur nanti sedangkan sekarang adalah tanggung jawab Amirul Mukminin mengembalikan hak-hak orang yang dizalimi” Umar ibn Abdul Aziz lalu terbangun dan membatalkan niat untuk tidur, dia memanggil anaknya mendekati dia, mengucup kedua belah mata anaknya sambil bercakap “Segala puji untuk Allah yang mengeluarkan dari keturunanku, orang yang menolong saya di atas agamaku”.


PEMERINTAHAN UMAR bin ABDUL AZIZ

Hari kedua dilantik menjadi khalifah, dia menyampaikan khutbah umum. Dihujung khutbahnya, dia bercakap “Wahai manusia, tiada nabi selepas Muhammad SAW dan tiada kitab selepas Al-Quran, saya bukan penentu hukum malah saya pelaksana hukum Allah, saya bukan mahir bid’ah malah saya seorang yang mengikut sunnah, saya bukan orang yang sangat patut dikalangan kamu sedangkan saya cuma orang yang sangat berat tanggungannya dikalangan kamu, saya mengucapkan ucapan ini sedangkan saya kenal saya adalah orang yang sangat banyak dosa di sisi Allah” Dia lalu duduk dan menangis "Alangkah mulianya ujian Allah kepadaku" sambung Umar Ibn Abdul Aziz.

Dia pulang ke rumah dan menangis sehingga ditegur isteri “Apa yang Amirul Mukminin tangiskan?” Dia mejawab “Wahai isteriku, saya telah diuji oleh Allah dengan jabatan ini dan saya sedang teringat kepada orang-orang yang miskin, ibu-ibu yang janda, anaknya ramai, rezekinya sedikit, saya teringat orang-orang dalam tawanan, para fuqara’ kaum muslimin. Saya kenal mereka semua ini akan mendakwaku di alam baka kelak dan saya bimbang saya tidak mampu jawab hujjah-hujjah mereka sebagai khalifah karena saya kenal, yang menjadi pembela di pihak mereka adalah Rasulullah SAW’’ Isterinya juga ikut mengalir air mata.

Umar bin Abdul Aziz mula memeritah pada usia 36 tahun sepanjang 2 tahun 5 bulan 5 hari. Pemerintahan dia sangat menakjubkan. Pada waktu inilah dituturkan tiada siapa pun umat Islam yang layak menerima zakat sehingga harta zakat yang menggunung itu terpaksa diiklankan kepada sesiapa yang tiada pembiayaan untuk bernikah dan juga hal-hal lain.


Pembaharuan

Umar bin Abdul Aziz merupakan seorang ulama dan dia sendiri dikelilingi ulama-ulama besar seperti Muhammad bin Ka'ab dan Maiumun bin Mihran. Dia menawarkan tunjangan kepada para guru dan mendorong pendidikan. Melalui teladan pribadinya, dia menanamkan kesalehan, ketabahan, etika bisnis, dan kejujuran moral di masyarakat. Pembaharuan yang dia lakukan termasuk memperketat larangan minum-minuman keras, melarang ketelanjangan publik, menghapus pemandian umum campur laki-laki dan perempuan, dan pemberian dispensasi zakat yang adil. Dia memerintahkan pengerjaan berbagai bangunan umum di Persia, Khorasan, dan Afrika Utara, seperti pembangunan kanal, jalan, karavanserai, dan klinik kesehatan. Umar juga melanjutkan program kesejahteraan dari beberapa khalifah Umayyah terakhir dan memperluasnya, termasuk program-program untuk anak yatim dan orang miskin.

Umar juga dipuji lantaran memerintahkan pengumpulan resmi hadits yang pertama kali lantaran adanya kekhawatiran akan hilangnya sebagian hadits. Mereka yang diperintahkan Umar melaksanakan perintah tersebut antara lain Abu Bakar bin Muhammad bin Hazm dan Ibnu Syihab az-Zuhri.

Beberapa pembaharuan lain yang Umar lakukan:

  • Melarang pejabat negara untuk berbisnis
  • Pekerja tanpa bayaran dianggap ilegal
  • Tanah penggembalaan dan cagar alam yang diperuntukkan bagi keluarga para pejabat tinggi dibagikan secara merata pada orang miskin dan tujuan budidaya.
  • Mendesak semua pejabat untuk mendengarkan keluhan orang-orang dan pada setiap kesempatan, diumumkan bahwa jika ada yang melihat petugas yang memperlakukan masyarakat tidak sebagaimana mestinya, dia harus melaporkannya dan sang pelapor akan diberikan hadiah mulai dari 100 hingga 300 dirham.

Pada masa sebelumnya, Bani Umayyah terkenal akan permusuhannya terhadap ahlul bait (keluarga Nabi Muhammad) dan mengharuskan para khatib untuk melakukan celaan pada Khalifah Ali bin Abi Thalib pada khutbah shalat Jum'at. Umar bin Abdul Aziz kemudian memerintahkan agar kebiasaan itu dihapus.[a] Tanah Fadak yang dikuasai Bani Umayyah sejak masa Khalifah Marwan bin al-Hakam juga dikembalikan kepada Bani Hasyim. Sebagai catatan, tanah Fadak adalah tanah milik Nabi Muhammad di kawasan Khaibar yang berdasar perintah Nabi, hasil dari pengelolaannya diberikan kepada kalangan Bani Hasyim yang membutuhkan.

Pajak

Di masa khalifah Umayyah sebelumnya, Muslim Arab memiliki hak istimewa terkait keuangan daripada Muslim non-Arab. Mualaf dari kalangan non-Arab tetap diwajibkan membayar pajak jizyah seperti saat mereka belum masuk Islam. Umar kemudian menghapuskan kebijakan ini dan membebaskan semua Muslim dari pembayaran jizyah, tanpa memandang asal-usul mereka. Meski begitu, Umar juga membuat penjagaan agar keuangan negara tidak runtuh saat terjadi gelombang mualaf yang berakibat menyusutnya penerimaan jizyah. Mualaf non-Arab tidak lagi membayar jizyah, tetapi tanah mereka menjadi tanah desa dan dikenakan kharaj atau cukai tanah.

Dakwah

Mengikuti teladan Nabi Muhammad, Umar mengirim utusan ke Tiongkok dan Tibet dan mengajak pemimpin mereka memeluk Islam. Di masa Umar bin Abdul Aziz inilah Islam berakar kuat dan diterima sebagian besar masyarakat Persia dan Mesir. Saat para pejabat mengeluhkan merosotnya pendapatan dari jizyah lantaran terjadinya gelombang mualaf, Umar membalas bahwa dia menerima tampuk kekhalifahan untuk mengajak orang-orang masuk Islam, bukan menjadi penagih pajak. Jumlah Muslim non-Arab yang semakin besar menjadikan pusat negara bergeser yang semula dari Madinah dan Damaskus menjadi Persia dan Mesir.

Umar juga mengajak raja-raja di India untuk memeluk Islam dan menjadi bawahan khalifah. Sebagai balasan, mereka tetap mempertahankan kedudukan mereka sebagai raja. Beberapa raja menerima tawaran tersebut dan mulai mengadopsi nama Arab.[3]

Surat dari Raja SRIWIJAYA

Tercatat Raja Sriwijaya pernah dua kali mengirimkan surat kepada khalifah Bani Umayyah. Yang pertama dikirim kepada Muawiyah I, dan yang ke-2 kepada Umar bin Abdul Aziz. Surat kedua didokumentasikan oleh Abd Rabbih (860-940) dalam karyanya Al-Iqdul Farid. Potongan surat tersebut berbunyi:[4]

Dari Rajadiraja...; yang adalah keturunan seribu raja... Kepada Raja Arab yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan lainnya dengan Tuhan. Saya telah mengirimkan kepada Anda hadiah, yang sebenarnya adalah hadiah yang tak begitu banyak, tetapi sekedar tanda persahabatan, dan saya mau Anda mengirimkan kepada saya seseorang yang mampu mengajarkan Islam kepada saya, dan menjelaskan kepada saya hukum-hukumnya.


Hari-Hari Terakhir Umar bin Abdul Aziz

Umar bin Abdul Aziz wafat diakibatkan oleh sakit dampak diracun oleh pembantunya. Umat Islam datang berziarah melihat kedhaifan hidup khalifah sehingga disapa oleh menteri kepada isterinya, "Gantilah baju khalifah itu", dibalas isterinya, "Itu saja pakaian yang khalifah miliki".

Dan ditanya “Wahai Amirul Mukminin, tidakkah engkau mau mewasiatkan sesuatu kepada anak-anakmu?”

Umar bin Abdul Aziz menjawab: "Apa yang mau kuwasiatkan? Saya tidak memiliki apa-apa"

"Mengapa engkau tinggalkan anak-anakmu dalam kondisi tidak memiliki?"

"Jika anak-anakku orang soleh, Allah lah yang menguruskan orang-orang soleh. Jika mereka orang-orang yang tidak soleh, saya tidak mau meninggalkan hartaku di tangan orang yang mendurhakai Allah lalu menggunakan hartaku untuk mendurhakai Allah".

Pada waktu lain, Umar bin Abdul Aziz memanggil semua anaknya dan berkata: "Wahai anak-anakku, sesungguhnya ayahmu telah diberi dua pilihan, pertama: menjadikan kamu semua kaya dan ayah masuk ke dalam neraka, kedua: kamu miskin seperti sekarang dan ayah masuk ke dalam surga (karena tidak menggunakan uang rakyat). Sesungguhnya wahai anak-anakku, saya telah memilih surga." (beliau tidak berkata: saya telah memilih kamu susah)

Anak-anaknya ditinggalkan tidak berharta dibandingkan anak-anak gubernur lain yang kaya. Setelah kejatuhan Bani Umayyah dan masa-masa setelahnya, keturunan Umar bin Abdul-Aziz adalah golongan yang kaya berkat doa dan tawakkal Umar bin Abdul-Aziz.

Sepeninggal Umar bin Abdul Aziz, tampuk kekhalifahan diserahkan kepada sepupunya yang juga saudara seayah Khalifah Al-Walid dan Khalifah Sulaiman, Yazid bin 'Abdul-Malik.


Seorang ulama sunni Mughal Syah Waliullah Dehlawi pada abad ke-18 menyatakan,[b] "Seorang mujaddid muncul di tiap akhir abad. Mujaddid pada abad pertama (hijriah) adalah imam ahlus-sunnah, Umar bin Abdul Aziz. Mujaddid abad kedua adalah imam ahlus-sunnah, Muhammad Idris Syafi'i (Imam Asy-Syafi'i). Mujaddid abad ketiga adalah imam ahlus-sunnah, Abu Hasan Asy'ari (Imam Asy'ari). Mujaddin abad keempat adalah Abu Abdullah Hakim Naisaburi.


Rujukan:

1. Abdurrahman, Jamal (2007). Keagungan Generasi Salaf (disertai kisah-kisahnya) (dalam bahasa Indonesia). Darus Sunnah. 
2. Jalaluddin Suyuthi (w. 911 H). Tarikh al-Khulafa (Sejarah Para Khalifah).
3. Wink, André (2002) [first published 1996], Al-Hind: The Making of the Indo-Islamic World (edisi ke-Third), Brill, ISBN 978- 0391041738.
4. Azra, Azyumardi (2004). Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Ratus tahun XVII dan XVIII (dalam bahasa Indonesia). Prenada Media. hlm. 27–28.

a. Najeebabadi, Akbar Shah (2000). The History Of Islam; Volume Two. Riyadh, Arab Saudi: Darussalam.
b. Izalat al-Khafa, hlm. 77 bagian 7.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Doa Nabi Adam ketika Diturunkan ke Dunia

Imam Al Ghazali Dalam kitabnya Ihya' Ulumuddin, Imam Ghazali menerangkan: Dari Jabir bin Abdullah, bahwasanya ketika Nabi Adam as. Diturunkan ke bumi, beliau berdoa: "Wahai Tuhanku, kau jadikan aku dan Iblis menjadi saling bermusuhan, oleh karena itu, jika Engkau tidak menolongku, pasti aku tidak sanggup menghadapinya." "Apabila engkau melahirkan anak, maka diwakilkan malaikat kepadanya," kata Allah dalam firmanNya. "Wahai Tuhan, tambahkanlah kepadaku!" "Aku balas satu kejahatan dengan satu dosa, dan Aku balas saatu kebaikan dengan sepuluh kali lipat (sebanyak yang kau kehendaki)," kata Allah. "Wahai Tuhan, tambahkanlah padaku!" "Pintu taubat itu terbuka selama nyawa masih dikandung badan." Tiba-tiba Iblispun berdoa kepada Tuhan: "Wahai Tuhanku, hambaMu Adam itu yang Kau muliakan melebihi dari diriku. Maka dari itu jika Engkau tidak menolongku, pasti aku tidak sanggup menghadapinya," ujar Iblis mengeluh. "Ji

Ternyata Ini Sebabnya King Kong Digunakan Untuk Nama Kera atau Monyet Raksasa ?

Mengapa King Kong digunakan untuk nama Kera atau Monyet Raksasa? Mengapa tidak digunakan nama Giant Monkey, Great Ape, King Monkey, Giant Ape, atau yang lainnya ? Menurut ahli bahasa, kata King Kong berasal dari bahasa Inggris dan bahasa Latin, yang artinya Raja Monyet. King artinya Raja (bahasa Inggris) dan Kong artinya Monyet (bahasa Latin). Berikut adalah kata-kata yang terkait dengan Kong : 1. Kong Kali Kong: Artinya banyak Monyet Bayangin, Monyet dikalikan dengan Monyet ! 2. Kong Res (Kongres): Artinya Monyet Ngumpul Res singkatan dari Residu, sisa yang terkumpul. 3. Kong Kow : Artinya, Monyet Gaul Kow dari bahasa Mandarin non-formal yang artinya main, bergaul atau ngerumpi. 4. Ngong Kong : Artinya Monyet Jongkok Ngong artinya duduk atau Jongkok dalam bahasa Sanskerta. 5. Kong Guan : Artinya Biskuit Monyet Atau Biskuit kesukaan Monyet ! 6. Kong Lomerat : Artinya Kumpulan besar Monyet Glomerat artinya menggelinding menjadi bola yang besar. 7. Kong Si (Kongsi)